PASURUAN
Tak cukup menimba ilmu di sekolah saja, supaya wawasan bertambah, perlu datang langsung ke tempatnya. Ini yang dilakukan mahasiswa TRISTAR CULINARY INSTITUTE (TCI), pada kamis 18 maret 2010 mereka melakukan factory visit di sebuah pabrik mentega di desa sumber suko wonogriya, pasuruan. Selain membawa sekantong pengetahuan tentang kuliner, mereka juga membawa sekantong mertega, sebagai bekal praktek membuat kue dirumah.
* TIBA DI LANDKRONE INDO NUTRI, DISAMBUT BAPAK GM AGUS ANDOKO
Perjalanan dari kampus TRISTAR CULINARY INSTITUTE (jl. Jemursari) Surabaya menuju pabrik Landkrone Indo Nutri di desa sumber suko wonogriya, Pasuruan memakan waktu sekitar 1,5 jam. Kunjungan kali ini rombongan terdiri dari 31 mahasiswa TCI dari jurusan pastry dan boga. Direktur TCI Bapak JUWONO SAROSO juga turut mendampingi, di temani dosen pastry pak Otje, kajur TRISTAR TOURISM ACADEMY(TTA) Rizky Adityaji, dan beberapa staf Sekolah Kuliner Tristar bu Cicilia, serta Rani.
Jam 10 pagi rombongan Mahasiswa Kuliner Tristar tiba di pabrik yang letaknya di kaki gunung penanggungan ini. Memakai seragam khas chef, mereka turun dari 6 mobil yang membawa kami. Dan di Hall depan pabrik, sudah menunggu staff Landkrone. Setelah melewati anak tangga yang lebar penghubung hall depan dan ruang produksi, menujulah kami ke sebuah ruang pertemuan. Disana beberapa staf landkrone menyambut ramah kedatangan kami. Tak berselang lama bapak Agus Andoko,General Manager Landkrone Indo Nutri menyapa kami. Ia lantas memperkenalkan dirinya, para staff dan juga memperkenalkan tentang pabrik mertega yang ia kelola.
Pada kesempatan itu pak Agus Andoko juga mengatakan sangat senang, Mahasiswa Kuliner Tristar mau mengunjungi pabriknya “ Ini baru pertama kalinya kami menerima kunjungan, tentunya kami sangat senang, apalagi yang berkunjung untuk melihat bagaimana proses produksi mertega di pabrik kami adalah para Mahasiswa Kuliner. Landkrone sendiri sangat peduli terhadap pengembangan pendidikan, khususnya Pendidikan Kuliner” ucapnya.
Pak Agus Andoko mengaku ia sudah sering mendengar nama TRISTAR CULINARY INSTITUTE, apalagi mendengar nama direkturnya bapak JUWONO SAROSO dari beberapa media, namun baru kali ini ia berkesempatan bertemu langsung dengan pak Juwono Saroso. Dan todongan pada pak Juwono untuk memperkenalkan diri pun di layangkannya.
Ketika memperkenalkan diri, pak Juwono Saroso bercerita tentang awal kariernya sampai kemudian ia membuka sekolah kuliner ini. “ Awalnya saya dulu membuka usaha trading chemical & pembuatan kosmetik & sabun, lalu saya kembangkan ke bidang teknologi pangan. Melihat prospek di bidang kuliner menjanjikan, maka terlintas dipikiran saya saat itu, untuk membuka kursus memasak. Kursus ini lantas saya kembangkan menjadi sekolah pencetak chef handal. Dan pada tahun 2007 berdirilah TRISTAR CULINARY INSTITUTE & tahun 2009TRISTAR TOURISM ACDEMY” cerita Alumni teknik kimia Institute Teknologi Sepuluh November (ITS)
Pak Juwono juga menjelaskan, kegiatan kunjungan ke pabrik mertega seperti ini merupakan salah satu kegiatan dari mahasiswa TCI, sebagai penambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa tentang dunia kuliner. “Kegiatan mahasiswa kami sangat beragam, mereka tidak hanya menerima pelajaran kuliner di kampus saja, tapi juga kita ajak untuk mengunjungi pabrik-pabrik yang tentu ada hubungannya dengan kuliner, mereka juga kita ajak untuk berwisata kuliner ke berbagai daerah di jawa timur, seperti blitar dan malang, untuk mencoba masakan khas yang ada di tiap-tiap daerah. Selain itu para mahasiswa juga diajarkan bagaimana cara mengelola sebuah usaha kuliner, seperi café. Sambil mereka juga berkesempatan magang di Hot Café yang di buka oleh TCI, mereka juga bisa belajar me-managed café secara langsung” urainya.
Mendengar cerita pak Juwono Saroso, GM Landkrone bapak Agus Andoko, terkesima dan kagum terhadap keberhasilan Tristar Culinary Institute. Ia tak menyangka jika TCI sudah sebesar ini, dan kegiatan untuk mahasiswanya benar-benar luar biasa.
*TRANS FATTY ACID TINGKATKAN RESIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER DAN DIABETES
Pernah dengar istilah Trans Fatty Acid, atau sering juga disebut Trans Fat? Pertanyaan ini yang pertama ditanyakan ibu ellen dari riset and development Landkrone Indo Nutri pada mahasiswa TCI. Tentu sebagai mahasiswa kuliner istilah Trans Fat tak asing lagi ditelinga mereka. Namun penjelasan tentang Trans Fat dari ibu ellen tentu menambah referensi pengetahuan para mahasiswa Tataboga & Patiseri ini.
Sebenarnya isu Trans Fat sudah mendunia. Sejak 1 Januari 2006 lalu, Food and Drug Administration (FDA) mengharuskan semua produk makanan kemasan mencantumkan label ‘trans fatty acid’ pada kemasannya. Namun ini tak membawa perubahan besar. Mengingat ternyata masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui manfaat dan letak dicantumkannya label trans fat tersebut.
Lebih lengkap, ibu ellen menjelaskan trans fat merupakan hasil dari sebuah proses oil product. Proses ini dinamakan hydrogenation partial. Trans fat terbentuk saat hidrogen dicampurkan kedalam minyak sayur yang disebut Hidrogenasi. Hidrogenasi tersebut dapat meningkatkan daya tahan dan kestablian rasa dari makanan yang mengandung lemak tersebut. Dengan kata lain trans fat berperan seperti lemak jenuh yang dapat meningkatkan LDL kolesterol (lemak jahat) sehingga dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung koroner. “Pada tahun 1970-an dunia menyatakan bahwa trans fat dapat berpengaruh buruk pada kesehatan. Karena justru trans fat dapat menaikkan bad kolestrol, tidak malah menurunkan kolesterol yang baik. Kondisi ini akan mempengaruhi gula darah seseorang, sehingga dapat memicu timbulnya diabetes” jelasnya.
Trans fat ditemukan pada berbagai jenis makanan yang juga mengandung lemak jenuh tinggi misalnya, margarin(17 %), potato chips(4%), permen atau candy(1 %), salad and topping (3%), kue cookies (40%), makanan ringan, goreng-gorengan, dan berbagai jenis makanan yang diproses mencampurkan minyak sayur yang terhidrogenasi.
Di dunia, perang terhadap trans fat yang paling besar ada pada margarine, pulm cake dan snake crackers. FDA mengharuskan disetiap makanan trans fat sudah harus ditekan serendah mungkin, yakni kurang dari 2 %. Ibu ellen mengingatkan agar masyarakat terutama mahasiswa TCI yang bergerak di bidang kuliner perlu meneliti kadar trans fat yang tercantum di setiap label kemasan makanan. “Seringkali dalam kemasan tersebut tercantum kadar trans fat 0,2% atau 0,5%, orang menganggap kadar tersebut sudah tidak berbahaya, padahal masih mengandung trans fat. Alangkah baiknya memilih produk yang benar-benar memiliki kadar trans fat 0%, seperti yang diproduksi Landkrone” promo-nya
Pencantuman label trans fat ini biasanya sesudah pencantuman daftar kadar lemak jenuh dan kolesterol. Dengan pencantuman label ini kita dapat lebih waspada untuk mengkonsumsi sejumlah makanan yang memiliki tinggi kandungan lemaknya.
*MELIHAT RUANG PRODUKSI LANDKRONE
Mendengar penjelasan pak Agus andoko dan ibu ellen tentang Landkrone, tak sabar para Mahasiswa Tataboga & Patiseri untuk melihat dapur produksi mereka. Agar tak terlalu berjejal saat di ruang produksi, rombongan di bagi dua kelompok.
Tempat pertama yang dikunjungi yakni ruang riset and development (R&D). Ruang ini merupakan ruang untuk melakukan uji coba sample produk. Sebelum produk landkrone seperti margarita, better butter margarine, dan lainnya di produksi dalam jumlah besar, semua bahan di uji coba lebih dulu di ruang R&D. Peralatan yang digunakan semua sama seperti peralatan yang ada di ruang produksi, hanya saja kapasitasnya lebih kecil. Untuk mempercepat proses produksi dalam skala besar, setelah hasil uji coba dikatakan sempurna, maka langsung di transfer ke ruang produksi, melalui pipa line atau pipa-pipa penghubung antar dua ruangan tersebut.
Puas mendengar penjelasan di ruang R&D, kami di bawa ke ruang produksi. Namun sayang kami tak diijinkan masuk kedalam. Sehingga kami hanya melihat dari depan kaca. Di ruang produksi kami melihat mesin-mesin pabrik yang sangat besar. Tapi kami hanya melihat satu sampai dua orang karyawan disana. Ternyata mereka adalah para operator mesin. Karena semua proses produksi di pabrik tersebut semua menggunakan mesin, maka tak perlu banyak tangan manusia yang mengolah. Mereka cukup menjadi operator mesin-mesin saja. Ini dilakukan untuk menjaga higienitas produk.Margarine.
Ruang terakhir yang kami kunjungi yakni ruang packaging, atau ruang pengemasan produk. Setelah proses pengolahan selesai, produk lantas dikemas sesuai ukuran karton. Kebetulan hari itu, disana sedang memproduksi margarita rasa vanilla susu, salah satu produk andalan mereka. Setelah di kemas, produk tak lantas didistribusikan, namun harus di endapkan dulu sekitar 4 hari. Baru setelah itu margarita siap di pasarkan. Karena masih terbilang pabrik baru (tahun 2006), jam operasi pabrik ini hanya satu kali shift. Meski demikian dalam sehari pabrik ini bisa memproduksi sekitar 12 ton mertega. Daerah mendistribusi-an nya ke seluruh wilayah
Wah..lengkap sudah informasi yang diperoleh mahasiswa TCI tentang proses produksi di Landkrone ini.
*DEMO MEMBUAT KUE BERSAMA BAKER RIFAI
Tak lengkap rasanya, jika mahasiswa kuliner seperti mahasiswa TCI berkunjung ke pabrik mertega, tapi tak mencicipi kue yang memakai bahan dari produk pabrik tersebut. Nah untuk itu baker Rifai dari hakiki (salah satu distributor Landkrone), pada kesempatan itu mendemokan dua resep kue di depan rombongan mahasiswa TCI.
Siang itu baker Rifai membuat kue kering RICE Bubbles Cookies, dan Pandan Cake Roll. Tahap demi tahap cara pembuatan dua resep tersebut, ia sampaikan pada rombongan. Tampak terlihat semua mahasiswa TCImenyimak dengan seksama saat baker Rifai menjelaskan proses pembuatan kue itu. Beberapa mahasiswa pun sibuk mengambil buku dan alat tulis, untuk mencatat resep yang diberikan baker Rifai.
c
Setelah kedua kue matang, kini saatnya mahasiswa TCI mencoba kue buatan baker Rifai.. Hmmm tak sabar mereka langsung mengambil kue-kue tersebut. Dan ketika ditanya rasa kue –kue itu, seperti group paduan suara, mereka berkomentar dengan satu suara “ENAK”
Resep Rice Bubble Cookies Klik DISINI
Resep Pandan Roll Cakes Klik DISINI
Kunjungan ke Landkrone ini merupakan salah satu bentuk factory visit yang dilakukan mahasiswa TCI. Rizky Adityaji, Kepala jurusan Tristar Tourism Academy, yang saat itu juga turut dalam rombongan, mengatakan “Kegiatan semacam ini merupakan kegiatan studi ekscursi yang sangat berguna bagi pendidikan mahasiswa TCI, tak sekedar jalan-jalan tapi mereka juga sekaligus dapat belajar, seperti yang sekarang kita lakukan berkunjung ke pabrik pembuatan mertega, di sini mahasiswa bisa melihat secara langsung proses produksinya, dan mendapat tambahan pengetahuan tentang mertega itu ternyata ada yang zero fat dan ada yang trans fat, dengan demikian mahasiswa TCI akan dapat membedakan setiap produk yang akan mereka pakai untuk membuat kue” jelasnya.
Mahasiswa Tataboga Tristar mendapatkan Goody Bag dari Landkrose
Rizky menambahkan dengan mengikuti kegiatan seperti ini, mahasiswa TCI akan mempunyai pengalaman yang mendukung pendidikan mereka. “Kami akan meng-agendakan secara rutin kegiatan semacam ini,dalam setiap tahunnya, tak hanya factory visiting, tapi juga mengadakan trip keluar
Lantas bagaimana komentar mahasiswa TCI setelah mengikuti factory visiting ini?. Mickey salah satu mahasiswa TCI jurusan pastry mengaku senang ia dapat mengikuti kegiatan semacam ini. “Jujur saya merasa senang mengikuti kunjungan ini. Selama ini kita kan gak pernah tau tentang pabrik mertega itu seperti apa, dan bagaimana proses produksinya, dengan kita berkunjung kesini, kita jadi tahu dan mendapat tambahan pengetahuan tentang produk-produk yang di hasilkan dari produsennya langsung “ ucapnya
Mahasiswa yang baru dua bulan mengenyam pendidikan di TCI ini juga mengatakan setelah berkunjung ke pabrik ini ia bisa membedakan produk mana yang baik ia gunakan untuk membuat kue nantinya.” Sebagai mahasiswa kuliner, kita